Kamis, 16 Juni 2011

cintaku dan pengorbanan

Cinta bukan berarti penuh dengan kenikmatan, dan cinta kadang juga butuh pengorbanan. Apalah artinya cinta jika kita tidak bisa memaknai hakikat dari cinta itu.

Aku mungkin anak yang tidak dapat menjadi apa yang diinginkan orang tua ku, karena prinsipku adalah aku adalah diriku, orang tua tidak bisa berkehendak kepadaku, akan tetapi bukan berarti orang tua tidak mempunyai tempat dalam hatiku.

Setelah aku mencintai Allah, Rasulnya Muhammad maka cinta yang selanjutnya akan kuberikan kepada orang tuaku. Mungkin ayahku menaruh harapan besar pada diriku, yang aku yakin, aku bisa menjadi panutan kepada adik-adikku, mungkin tidak untuk sekarang, karena aku sekarang bukanlah siapa-siapa, aku hanya anak yang hanya bisa meminta kepada orang tua atas apa yang aku mau.

Aku dan ibuku, walaupun dia tidak sedarah denganku tapi aku mencoba untuk mencintainya seperti aku mencintai ibu kandungku, seperti seseorang yang melahirkanku. Walau terkadang cintaku kepada ibu tidak dirasakannya, aku hanya bisa berharap suatu saat nanti cinta yang penuh lika-liku ini akan berakhir dengan kebahagiaan, tiada ada kebencian diantara aku dan beliau.

Aku selalu ingin merubah dan mengoreksi diriku sendiri, untuk menjadi insane yang lebih bertaqwa kepada Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan kepadaku, yang memberikan segalanya padaku untuk menjadi hamba yang benar-benar hamba.

Kadang aku tidak bisa memahami apa yang terjadi dengan kehidupan diriku, tapi aku yakin aku sedang berbicara dengan Tuhan, Allah telah memberikan tanda-tanda kekuasaanya kepadaku, mungkin hal ini dilakukanNya agar aku selalu ingat kepadaNya, dialah yang mempunyai segenap kehidupanku baik itu mati maupun hidup.

Tapi sejujurnya aku tak pernah mempunyai maksud buruk dan niat jahat kepada beliau (ibu), bagaimanapun karena dialah aku bisa belajar memaknai hakikat hidup, mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian dengan beliau, walu terkadang pahit, tapi inilah cintaku kepadanya.

Sekalipun dia teramat benci kepadaku, tapi aku tak pernah benci kepadanya, inilah ungkapan hati yang terpendam untuk ibu.

Aku mungkin salah, terlalu meminta materi yang berlebih kepada ayahku, tapi dengan keyakinanku, aku tak pernah meminta lebih dari kadar kemampuan ayah, aku mengukurnya, tapi mungkin ibu tak memahami semua itu.

Prasangka-prasangka buruk terus membisikkan di telinganya, semoga suatu saat nanti dia akan tahu bahwa semua manusia perlu melakukan koreksi terhdap dirinya sendiri, bukan untuk mencari riya’, bukan untuk sombong dan juga berusaha untuk ikhlas dalam menjalani sesuatu.

Ibu mungkin tidak percaya bahwa setiap anak mempunyai rizki yang berbeda-beda, atau mungkin beliau belum menemukan itu, atau Allah belum memberikan petunjuk kepadanya. Mungki rizki dari adik-adikku akan lebih baik dari pada rizkiku sekrang atau bahkan sebaliknya, semua itu hanyalah keadilan Tuhan.

Ikhlas mungkin itu yang harus aku pelajari dan ibu pelajari, karena dengan keikhlasan kita dapat mendapatkan hasil dari Ilahi, walaupun tidak berbentuk materi. Materi hanyalah segelincir kenikmatan yang menyesatkan umat manusia kejurang kebutaan akhirat.

Aku ingin menjadi diriku sendiri, menjadi “orang” yang berguna bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa. Mungkin aku bukan seorang yang dapat membahagiakan orang tua sekarang, tapi nanti mungkin saja aku bisa membahagiakan mereka atau bahkan sebalikmya, tapi aku hanya sebgai manusia yang hanya bisa berdoa dan berusaha berharap mendapatkan ridlonya.

Allah sedang berbicara kepadaku, Dia membimbingku untuk bisa memahami arti sebuah kehidupan, karena aku yakin diriku yang hina ini sedang dipersiapkan olehNya untuk memimpin umat, karena pemimpin sejati adalah pemimpin yang telah teruji kualitas maupun kuantitasnya.

Dan biarkanlah waktu yang menjawab kelak aku akan seperti apa, tapi yang jelas keyakinanku aku akan menjadi seorang yang lebik tunduk kepadanya, lebih mematuhi segala perintahNya. Aku ingin menikmati hidup sebagai manusia yang penuh dengan optimism dalam menjalani hidup, walaupun terkadang kita ditali dengan berbagai cobaan.

Cobaan hanyalah sebuah ujian yang diberikan kepada hambaNya, untuk mengetahu hakikat dari dari kadar keimanan. Karena Allah tak kan membiarkan seseorang berkata bahwa ia telah beriman tanpa ia memberikan ujian terlebih dahulu kepadanya.

0 komentar:

Posting Komentar